Tuesday, February 5, 2013

Fisiologi Ternak Darah 2 & 5



Laporan Fisiologi Ternak Dasar
                   

DARAH
 II DAN V


NAMA                        : DWIKO SEPTIYADI RUSADI
NIM                            : I311 09 269
JURUSAN                  : SOSIAL EKONOMI
KELOMPOK             : II (DUA)
GELOMBANG          : SABTU SIANG
ASISTEN                    :



LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darah merupakan suatu jaringan yang berbentuk cair yang beredar dari jantung ke seluruh tubuh membawa oksigen, karbondioksida, zat-zat makanan dan sisa metabolit.
Komposisi darah tergantung pada keadaan komponen yang menyusunnya seperti plasma darah, eritrosit, leukosit, dan trombosit. Di dalam eritrosit terdapat zat merah darah yang disebut hemoglobin, berfungsi untuk mengikat oksigen di dalam darah. Hemoglobin akan menjadi merah cerah jika mengandung banyak oksigen dan akan menjadi merah gelap jika mengandung banyak karbondioksida.  Darah merupakan jaringan yang cukup peka terhadap kondisi lingkungannya.  Dalam keadaan tertentu darah dapat mengalami berbagai proses perubahan kimiawi karena kondisi larutan atau cairan yang berada di sekelilingnya .  Bila darah berada dalam lingkungan yang hipotonis maka darah akan mengalami hemolisis, sedangakan bila darah berada dalam lingkungan yang hipertonis maka darah akan mengalami krenasi.
Atas dasar inilah dilakukan praktikum tentang darah untuk melihat bagaimana proses hemolisis dan krenasi itu terjadi serta faktor-faktor penyebabnya seperti tekanan osmotik eritrosit, menghitung berat jenis darah, golongan darah, tekanan darah, dan diferensiasi leukosit.
 Tujuan dan Kegunaan
A.    Hemolisa dan Krenasi
Tujuan dari praktikum mengenai hemolisa dan krenasi adalah untuk mengamati bentuk sel darah merah setelah mengalami hemolisa dan krenasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 Kegunaan praktikum mengenai hemolisa dan krenasi adalah dapat membedakan sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sel darah merah yang mengalami krenasi.
B.     Tekanan Osmotik Eritrosit
Tujuan praktikum mengenai tekanan osmotik eritrosit adalah untuk melihat proses masuknya zat ke dalam sel darah dan melihat perbedaan bentuk sel yang diberi larutan dengan kadar yang berbeda.
Kegunaan praktikum mengenai tekanan osmotik eritrosit adalah agar dapat mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya hemolisa dan krenasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
C.     Berat Jenis Darah
Tujuan dari praktikum mengenai berat jenis darah adalah untuk megetahui berat jenis darah pada sampel darah ternak dan mengetahui bagaimana cara mengukur berat jenis darah.
Kegunaan dari praktikum mengenai berat jenis darah adalah dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis darah pada ternak.
D.    Golongan Darah
 Tujuan dari praktikum mengenai golongan darah adalah untuk mengetahui penggolongan darah pada manusia dengan sistem ABO.
Kegunaan dari praktikum mengenai golongan darah adalah dapat mengetahui cara penentuan golongan darah pada seseorang.
E.     Tekanan Darah
Tujuan dari praktikum mengenai tekanan darah adalah untuk menentukan tekanan darah pada seseorang setelah melakukan berbagai kegiatan dan mengetahui cara menggunakan spygnomanometer.
Kegunaan dari praktikum mengenai tekanan darah adalah agar dapat mengetahui pengaruh aktivitas terhadap tekanan darah.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.Waktu dan Tempat
            Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai Darah II dan V dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 25 September 2010, pukul 13.00 Wita sampai selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B.  Alat dan Bahan
            Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu vaccinostyle, gelas arloji, glas obyek, cover glas, mikroskop, laktodensimeter, pipet, tabung reaksi beserta raknya, spygnomanometer, stetoskop dan haemocytometer.
            Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu darah ayam, serum anti A (aglutinin), serum anti B (aglutinin),  alkohol 70%, kapas, aquadest,larutan NaCl 0,9%,larutan ureum 1,8% dalam NaCl 0,9% dan darah manusia.
C.  Prosedur kerja
1.    Hemolisa dan Krenasi
Mengambil gelas arloji bertanda A, B, C, kemudian menuangkan masing-masing 1 tetes darah pada setiap bagian dalam gelas arloji, 1 tetes NaCl 3% pada tabung B, dan membiarkan tabung C sepereti semula, Kemudian mencampur larutan tersebut dengan samprl darah dan mengamatinya di atas kertas putih. Mengamati apakah terdapat endapan dan terjadi kekeruhan. Lalu mengamati terus dan mengambil masing-masing setetes dari gelas arloji tadi kemudian mengamatinya di bawah miskroskop dan menggambarnya apa yang kemudian terlihat atau nampak.
2.    Penggolongan Darah
Kita menggunakan onbjek glass yag tertulis serum anti A, anti B, dan serum anti C. Kemudian meneteskan masing-masing 1 tetes darah ketiga anti serum tersebut. Untuk anti serum A ditambah serum anti A, untuk serum B ditambah serum B dan untuk serum C ditambah dengan anti C dan mengamati apakah obyek glass tersebut terjadi penggumpalan atau koagulasi atau tidak.
3.    Tekanan Darah
            Tekanan darah arteri brachialis pada berbagai macam sikap yaitu :
a.         Berbaring terlentang
Teman yang menjadi sampel percoban disuruh baring terlentang selama 10 menit. Kemudian dipasangkan lanset dilengannya dan ditetapkan tekanan darahnya. Dicatat hasil pemeiksaan tekana darahnya
b.         Duduk
Setelah percobaan pertama orang percobaan kemudian disuruh duduk dengan tenang selama 3 menit. Selanjutnya  dicatat nilainya.
c.         Berdiri
Sekarang orang percobaan disuruh berdiri tenang selama 2-3 menit. Selanjutnya ditetapkan tekanan darahnya dan di catat nilainya.
 d.        Berlari
Berikutnya pada orang yang sama disuruh melakukan kerja otot (jongkok berdiri) selama 1 menit. Di catat nilainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hemolisa dan Krenasi
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 1.  Hemolisa dan Krenasi pada Gelas Arloji
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
                                                                                                                                                                                                                       













 




                   A                                             B                                        C
Keterangan :  A.  satu tetes darah + 3 cc NaCl 3%
B.  satu tetes darah + 3 cc aquades
C.  satu tetes darah
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar,2010
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara darah yang ditambah NaCl 3% warnanya lebih keruh, hal ini disebabkan karena membran selnya tidak pecah.  Tekanan osmotik pada larutan NaCl 3% lebih tinggi daripada sel darah merah  yang menyebabkan terjadinya proses difusi dari cairan ekstrasel ke dalam sel darah merah sehingga cairan yang berada dalam sel eritrosit keluar, sehingga membran selnya menjadi keriput yang disebut dengan krenasi.  Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005), bahwa krenasi ialah peristiwa mengkerutnya sel darah karena cairan dalam sel darah keluar menuju cairan eksternal yang konsentrasinya lebih tinggi.
Pada gelas arloji B yang berisi 3 cc aquades 3% ditambah satu tetes darah terlihat larutan tidak keruh atau tembus pandang, hal ini disebabkan oleh membran yang telah pecah akibat kemasukan cairan yang terlalu banyak karena lrutan bersifat hipotonis sehingga terjadi proses osmosis.  Apabila proses osmosis ini terus berlangsung maka membran sel darah akan pecah yang dikenal dengan istilah hemolisis.  Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006), bahwa hemolisis adalah peristiwa keluanya hemoglobin dari sel darah merah yang disebabakan oleh medium/plasma yang hipotonis.
Secara makroskopis, sel darah merah yang mengalami hemolisa bentuknya bikonkaf, tetapi tidak mengandung hemoglobin sedangkan yang mengalami krenasi bentuknya bikonkaf dan keriput dan tetap mengandung hemoglobin, sedangkan yang normal bentuknya tetap bikonkaf dan tetap memiliki hemoglobin.  Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa jika sel darah merah dimasukkan ke dalam air murni  maka akan terjadi proses difusi ke dalam sel  karena air bersifat hipotonis terhadap sel darah.  Dinding sel dari sel darah merah sangat rapuh dan tidak tahan akan peningkatan dalam sel sehingga pecah.  Jika sel darah merah dimasukkan ke dalam air laut  maka cairan dari sel darah akan keluar dengan cara osmosis sehingga pada akhirnya sel darah akan mengkerut.  Hal ini disebabkan karena air laut dalam sutau volume tertentu mengandung jumlah molekul air yang lebih kecil dari volume yang sama dari sitoplasma sel darah merah karena air laut tersebut hipertonis terhadap sitoplasma sel.
Gambar 2:  Hemolisa dan Krenasi pada  mikroskop
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
 Secara Mikroskopis
                                                                                                                                                                                                                      








 



                    A                                         B              

                    Normal     
                                                         Hemolisa                               Krenasi
Dari  Internet
                                                                                                
                                                                                              

                                                                                                      

                              
Preparat                  : Darah Manusia
Perbesaran              : 40X
Keterangan             : A.  satu tetes darah  NaCl 0,9%
            B.  satu tetes darah 0,3% NaCl → Hemolisa
                                 C.  satu tetes darah 3% NaCl→ Krenasi
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2010
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sel darah yang mengalami hemolisa akan menggembung dari keadaan normal, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan konsistensi antara sel sarah merah dengan keadaan disekitarnya. Dimana pada gambar (a) ditambahkan NaCl 0,9%, plasma darah yang ditambahkan NaCl tidak mengalami perubahan bentuk karena diakibatkan konsentrasi pada plasma darah sama dengan konsentrasi NaCl yang ditambahkan.
Pada gambar   (b) di tambahkan dengan NaCl 0,3%, sehingga NaCl  akan terserap masuk ke dalam sel darah sebab molekul-molekul pelarut yang terdapat disekitarnya memiliki kadar zat yang lebih encer, sehingga lebih cenderung bergerak ke daerah yang mempunyai kadar zat yang lebih tinggi, yang mengakibatkan sel darah menggembung dan akhirnya pecah dan mengeluarkan hemoglobin.  Dan ini sesuai dengan pendapat (Anonima, 2010), yang menyatakan bahwa terjadinya hemolisis disebabkan oleh pecahnya dinding eritrosit sebagai akibat dari menurunnya tekanan osmotik plasma darah. Hal ini akan menyebabkan masuknya air ke dalam sel darah secara osmosis melalui dinding yang semipermeabel sehingga sel darah merah akan membengkak. Keadaan ini menyebabkan peregangan dinding eritrosit yang akhirnya akan menyebabkan pecahnya dinding eritrosit dan hemoglobin larut dalam media sekelilingnya.
Pada gambar (c), terlihat bahwa sel darah merah menjadi keriput karena mengalami krenasi dimana dinding sel menciut. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi antara sel darah dengan lingkungannya, sehingga dinding sel dapat menciut. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonima (2010) yang mengataka bahwa  Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi krenasi berasal dari bahasa yunani yakni “Crenatus”. Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan disekitar luar sel. Osmosis menyebabkan pergerakan air keluar dari sel yang dapat menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya, sebagai akibat sel mengecil atau mengkerut.
Dalam hal ini sampel darah ditambahkan dengan NaCl  3%.  Konsentrasi  tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi yang terdapat dalam sel darah merah. Hal ini mengakibatkan cairan eritrosit akan keluar menuju medium luar yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, akibatnya eritrosit akan menjadi keriput. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2009) yang menyatakan bahwa krenasi merupakan peristiwa mengkerutnya sel darah karena cairan dalam darah keluar menuju cairan eksternal yang konsentrasinya lebih tinggi, dimana pada lingkungan hipertonis (garam> 1%) sehigga sel akan mengkerut dan bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit, akibatnya eritrosit akan keriput.
B.Golongan Darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh:
Gambar 3.  Hasil Pengamatan Golongan Darah pada Pria dan Wanita
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR















Keterangan Darah Milik :
Nama                  : Dwiko Sr                          Nama                    : Asma Bio Kimestri
Jenis Kelamin     : Laki-laki                           Jenis Kelamin      : Perempuan
Umur                  :  19 Tahun                         Umur                    : 19 Tahun
Golongan Darah :  A                                     Golongan Darah   : O
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar,2010
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pada darah laki-laki yang diletakkan pada ABO screen menggumpal setelah diberi serum anti A sedangkan yang lain tidak menggumpal.  Ini menandakan bahwa darah tersebut termasuk ke dalam golongan darah A. sedangkan pada darah perempuan yang diletakkan pada ABO screen tidak terjadi gumpalan sama sekali, baik diberi anti A, anti B, maupun anti AB. Golongan darah A hanya dapat diberikan kepada orang yang berdarah A dan AB karena golongan darah AB tidak mempunyai aglutinin.  Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005), bahwa golongan darah A hanya dapat diberikan kepada orang yang tidak memilki antibodi a, yaitu golongan darah A dan AB.  Orang yang bergolongan darah O disebut donor universal, sedangkan orang yang bergolongan darah AB disebut resipien universal.
Golongan darah adalah jumlah dari semua antigen serologikal, faktor golongan darah yang, melekat pada membran sel darah merah.  Faktor golongan darah diturunkan secara bebas satu sama lain.  Antigen (antikoagulan) adalah senyawa kimia protein yang biasa disuntikkan ke suatu individu yang kekurangan antigen tersebut akan menyebabkan pembentukan senyawa khusus yang menetralisir antigen.  Penggolongan darah A, B, O didasrkan pada ada tidaknya antibodi dalam tubuh kita masing-masing.
C.  Tekanan Darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh:
Tabel 4.  Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Manusia
No
PUTRA
PUTRI
Baring
Duduk
Berdiri
Lari
Baring
Duduk
Berdiri
Lari
1
110/89
120/85
110/83
110/84
80/70
90/75
90/70
100/75
2
120/70
120/80
120/80
120/80
80/70
80/70
90/70
100/60
3
120/80
120/80
120/80
120/80
120/80
100/60
90/60
120/70
4
120/70
100/80
120/80
120/80
80/70
80/70
90/70
120/70
5
100/80
90/60
90/80
100/90
60/40
70/50
70/55
60/55
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2010
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat kita lihat tekanan darah pada masing-masing kelompok baik putra maupun putri berbeda satu sama lainnya.  Tekanan darah adalah tekanan terhadap dinding pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan berubah-ubah setiap siklus jantung.  Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa siklus jantung berkontraksi saat ventrikal kiri memaksa darah masuk ke aorta yaitu   tekanan naik sampai puncak yang disebut tekanan sistole, sehingga tekanan masing-masing dapat berubah.
Diastole merupakan keadaan dimana jantung berelaksasi atau istirahat.  Pada waktu diastole, kelenturan dinding di bagian pertama arteri tersebut membantu mendorong ke arah bagian berikut dari arteri yang kemudian menjadi lebar.  Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa pada waktu diastole tekanan emenurun sampai mencapai titik terendah maka disebut diastole, sedangkan peristole merupakan waktu permulaan kontraksi atrium sampai ke permukaan kontraksi ventrikel.
Tekanan darah pada setiap individu berbeda-beda dan cenderung selalu berubah-ubah.  Perbedaan tekanan darah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kekuatan jantung memompa darah dan banyaknya darah dalam pembuluh darah.  Hal ini sesuai dengan pendapat Wulangi (1993), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu jumlah darah dan aktivitas memompa jantung yaitu mendorong sepanjang pembuluh darah dan tekanan aliran darah dan selanjutnya dikatakan bahwa tekanan darah adalah gaya yang dilakukan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah.  Tekanan darah normal pada pria yaitu 120/80 mmHg dan wanita 110/70 mmHg
Perbedaan tekanan darah yang diperoleh pada percobaan tekanan darah disebabkan karena perbedaan aktivitas pada saat pengukuran tekanan darah.  Hal ini sesuai pendapat Wulangi (1993), bahwa faktor-faktor yang empengaruhi tekanan darah yaitu (1) jumlah darah yang berada dalam peredaran darah, (2) aktivitas memompa jantung yaitu mendorong darah sepanjang pembuluh darah, (3) tekanan terhadap aliran darah.  
Cara pengukuran tekana darah dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.  Hal ini sesuai dengan pendapat Syaifuddin (2002), bahwa cara pengukuran langsung dengan alat yang disebut spygnomanometer dan stetoskop yang dilakukan pada arteri brachialis si lekuk siku yang biasa diraba dengan jelas, bunyi jantung dapat diketahui  dengan mendengarkan pukulan pada arteri brachialis dimana bunyi pertama sebagai tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi.  Sedangkan secara tidak langsung menggunakan usaha pengontrolan yaitu dilakukan oleh arteri yang paling kecil yaitu arteriol, dimana saat darah masuk ke dalam kapiler tekanan tersebut mendapat sistole dan diastole dari aliran darah yang dipercobakan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hemolisa terjadi karena tekanan osmotik dalam sel lebih rendah dibanding di luar sel, sedangkan pada larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah dari darah maka akan menyebabkan terjadinya krenasi.
2. Golongan darah yang diperoleh adalah golonga darah A dan B.  Pada manusia  penggolongan darah didasarkan atas ada tidaknya aglutoinogen dan aglutinin dalam darah.  Ada empat macam golongan darah yaitu A, B, AB, dan O.  penggumpalan darah akan terjadi apabila aglutinogen dari suatu golongan darah bertemu dengan aglutinin golongan darah yang lain.
3. Tekanan darah normal  pada manusia dewasa yaitu 120/80 mmHg.  Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu jumlah darah yang ada di peredaran darah yang dapat membesarkan pembuluh darah, aktivitas memompa jantung, dan tekanan terhadap aliran darah.
Saran
            Saran saya untuk Laboratorium agar kebersihannya selalu dijaga agar para praktikan dapat merasa nyaman dalam melaksanakan praktikum, serta alat dan bahan dilengkapi yang masih kurang.
            Saran saya untuk asisten agar kiranya lebih memperhatikan praktikannya selama proses praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D.  1992.  Anatomi dan Fisiologi Ternak.  Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Guyton, C. R.  1991.  Text Book of Medical Physiology.  WBSounders Co, Philadelphia.

Sonjaya, H.  2005.  Bahan Ajar Fisilogi Ternak Dasar Fakultas Peternakan.  Universitas Hasanuddin, Makassar.

       ­­___    .  2006.  Penuntun  Praktikum Fisilogi Ternak Dasar Fakultas Peternakan.  Universitas Hasanuddin, Makassar.

Syaifuddin, B. 2002.  Anatomi dan Fisiologi Ternak untuk Sistem Keperawatan.  Penerbit Buku Kedokteran.  Jakarta.

Wulangi, S.K.  1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral PendidikanTinggi.  Jakarta.























No comments:

Post a Comment