Laporan
Fisiologi Ternak Dasar
DARAH
II DAN V

NAMA : DWIKO
SEPTIYADI RUSADI
NIM : I311 09 269
JURUSAN
: SOSIAL EKONOMI
KELOMPOK :
II (DUA)
GELOMBANG
: SABTU SIANG
ASISTEN
:
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Darah
merupakan suatu jaringan yang berbentuk cair yang beredar dari jantung ke
seluruh tubuh membawa oksigen, karbondioksida, zat-zat makanan dan sisa
metabolit.
Komposisi
darah tergantung pada keadaan komponen yang menyusunnya seperti plasma darah,
eritrosit, leukosit, dan trombosit. Di dalam eritrosit terdapat zat merah darah
yang disebut hemoglobin, berfungsi untuk mengikat oksigen di dalam darah.
Hemoglobin akan menjadi merah cerah jika mengandung banyak oksigen dan akan menjadi
merah gelap jika mengandung banyak karbondioksida. Darah merupakan jaringan yang cukup peka
terhadap kondisi lingkungannya. Dalam
keadaan tertentu darah dapat mengalami berbagai proses perubahan kimiawi karena
kondisi larutan atau cairan yang berada di sekelilingnya . Bila darah berada dalam lingkungan yang
hipotonis maka darah akan mengalami hemolisis, sedangakan bila darah berada
dalam lingkungan yang hipertonis maka darah akan mengalami krenasi.
Atas
dasar inilah dilakukan praktikum tentang darah untuk melihat bagaimana proses
hemolisis dan krenasi itu terjadi serta faktor-faktor penyebabnya seperti
tekanan osmotik eritrosit, menghitung berat jenis darah, golongan darah,
tekanan darah, dan diferensiasi leukosit.
Tujuan dan Kegunaan
A.
Hemolisa dan Krenasi
Tujuan
dari praktikum mengenai hemolisa dan krenasi adalah untuk mengamati bentuk sel
darah merah setelah mengalami hemolisa dan krenasi serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Kegunaan praktikum mengenai hemolisa dan
krenasi adalah dapat membedakan sel darah merah yang mengalami hemolisis dan
sel darah merah yang mengalami krenasi.
B.
Tekanan Osmotik Eritrosit
Tujuan
praktikum mengenai tekanan osmotik eritrosit adalah untuk melihat proses
masuknya zat ke dalam sel darah dan melihat perbedaan bentuk sel yang diberi larutan
dengan kadar yang berbeda.
Kegunaan
praktikum mengenai tekanan osmotik eritrosit adalah agar dapat mengetahui hal-hal
yang menyebabkan terjadinya hemolisa dan krenasi serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
C.
Berat Jenis Darah
Tujuan
dari praktikum mengenai berat jenis darah adalah untuk megetahui berat jenis
darah pada sampel darah ternak dan mengetahui bagaimana cara mengukur berat
jenis darah.
Kegunaan
dari praktikum mengenai berat jenis darah adalah dapat mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi berat jenis darah pada ternak.
D.
Golongan Darah
Tujuan dari praktikum mengenai golongan darah
adalah untuk mengetahui penggolongan darah pada manusia dengan sistem ABO.
Kegunaan
dari praktikum mengenai golongan darah adalah dapat mengetahui cara penentuan
golongan darah pada seseorang.
E.
Tekanan Darah
Tujuan
dari praktikum mengenai tekanan darah adalah untuk menentukan tekanan darah
pada seseorang setelah melakukan berbagai kegiatan dan mengetahui cara
menggunakan spygnomanometer.
Kegunaan
dari praktikum mengenai tekanan darah adalah agar dapat mengetahui pengaruh
aktivitas terhadap tekanan darah.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.Waktu dan Tempat
Praktikum
Fisiologi Ternak Dasar mengenai Darah II dan V dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 25 September 2010, pukul 13.00 Wita sampai selesai bertempat di
Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
B. Alat dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu vaccinostyle, gelas
arloji, glas obyek, cover glas, mikroskop, laktodensimeter, pipet, tabung reaksi beserta raknya, spygnomanometer,
stetoskop dan haemocytometer.
Adapun
bahan-bahan yang digunakan yaitu darah ayam, serum anti A (aglutinin), serum anti B (aglutinin),
alkohol 70%, kapas, aquadest,larutan NaCl 0,9%,larutan ureum 1,8% dalam
NaCl 0,9% dan darah manusia.
C.
Prosedur kerja
1.
Hemolisa dan Krenasi
Mengambil gelas arloji bertanda A, B, C, kemudian menuangkan
masing-masing 1 tetes darah pada setiap bagian dalam gelas arloji, 1 tetes NaCl
3% pada tabung B, dan membiarkan tabung C sepereti semula, Kemudian mencampur
larutan tersebut dengan samprl darah dan mengamatinya di atas kertas putih.
Mengamati apakah terdapat endapan dan terjadi kekeruhan. Lalu mengamati terus
dan mengambil masing-masing setetes dari gelas arloji tadi kemudian
mengamatinya di bawah miskroskop dan menggambarnya apa yang kemudian terlihat
atau nampak.
2. Penggolongan Darah
Kita menggunakan onbjek glass
yag tertulis serum anti A, anti B, dan serum anti C. Kemudian meneteskan masing-masing 1 tetes darah ketiga anti serum
tersebut. Untuk anti serum A ditambah serum anti A, untuk serum B ditambah
serum B dan untuk serum C ditambah dengan anti C dan mengamati apakah obyek glass tersebut terjadi penggumpalan atau koagulasi
atau tidak.
3. Tekanan Darah
Tekanan darah arteri brachialis pada
berbagai macam sikap yaitu :
a.
Berbaring terlentang
Teman yang menjadi sampel percoban
disuruh baring terlentang selama 10 menit. Kemudian dipasangkan lanset
dilengannya dan ditetapkan tekanan darahnya. Dicatat hasil pemeiksaan tekana
darahnya
b.
Duduk
Setelah percobaan pertama orang
percobaan kemudian disuruh duduk dengan tenang selama 3 menit. Selanjutnya dicatat nilainya.
c.
Berdiri
Sekarang orang percobaan disuruh berdiri tenang selama
2-3 menit. Selanjutnya ditetapkan
tekanan darahnya dan di catat nilainya.
d.
Berlari
Berikutnya pada orang yang sama
disuruh melakukan kerja otot (jongkok berdiri) selama 1 menit. Di catat
nilainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hemolisa dan Krenasi
Berdasarkan
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Gambar 1.
Hemolisa dan Krenasi pada Gelas Arloji
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
|
|||||||||||||||
![]() ![]() ![]()
A B C
|
|||||||||||||||
Keterangan : A.
satu tetes darah + 3 cc NaCl 3%
B. satu
tetes darah + 3 cc aquades
C. satu tetes darah
|
Sumber : Data
Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar,2010
Berdasarkan
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara darah yang
ditambah NaCl 3% warnanya lebih keruh, hal ini disebabkan karena membran selnya
tidak pecah. Tekanan osmotik pada
larutan NaCl 3% lebih tinggi daripada sel darah merah yang menyebabkan terjadinya proses difusi
dari cairan ekstrasel ke dalam sel darah merah sehingga cairan yang berada
dalam sel eritrosit keluar, sehingga membran selnya menjadi keriput yang
disebut dengan krenasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sonjaya (2005), bahwa krenasi ialah peristiwa mengkerutnya sel
darah karena cairan dalam sel darah keluar menuju cairan eksternal yang
konsentrasinya lebih tinggi.
Pada
gelas arloji B yang berisi 3 cc aquades 3% ditambah satu tetes darah terlihat
larutan tidak keruh atau tembus pandang, hal ini disebabkan oleh membran yang
telah pecah akibat kemasukan cairan yang terlalu banyak karena lrutan bersifat
hipotonis sehingga terjadi proses osmosis.
Apabila proses osmosis ini terus berlangsung maka membran sel darah akan
pecah yang dikenal dengan istilah hemolisis.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2006), bahwa hemolisis adalah
peristiwa keluanya hemoglobin dari sel darah merah yang disebabakan oleh
medium/plasma yang hipotonis.
Secara
makroskopis, sel darah merah yang mengalami hemolisa bentuknya bikonkaf, tetapi
tidak mengandung hemoglobin sedangkan yang mengalami krenasi bentuknya bikonkaf
dan keriput dan tetap mengandung hemoglobin, sedangkan yang normal bentuknya
tetap bikonkaf dan tetap memiliki hemoglobin.
Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa jika sel darah
merah dimasukkan ke dalam air murni maka
akan terjadi proses difusi ke dalam sel
karena air bersifat hipotonis terhadap sel darah. Dinding
sel dari sel darah merah sangat rapuh dan tidak tahan akan peningkatan dalam
sel sehingga pecah. Jika sel darah merah
dimasukkan ke dalam air laut maka cairan
dari sel darah akan keluar dengan cara osmosis sehingga pada akhirnya sel darah
akan mengkerut. Hal ini disebabkan
karena air laut dalam sutau volume tertentu mengandung jumlah molekul air yang
lebih kecil dari volume yang sama dari sitoplasma sel darah merah karena air
laut tersebut hipertonis terhadap sitoplasma sel.
Gambar 2:
Hemolisa dan Krenasi pada
mikroskop
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
|
|||||||||||
![]() ![]() ![]()
A
B
Normal
Hemolisa
Krenasi
Dari Internet
![]() |
|||||||||||
Preparat : Darah Manusia
Perbesaran : 40X
Keterangan
: A. satu tetes
darah NaCl 0,9%
B. satu tetes darah 0,3% NaCl → Hemolisa
C. satu tetes darah 3% NaCl→ Krenasi
|
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak
Dasar, 2010
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa sel darah yang mengalami hemolisa akan menggembung dari keadaan
normal, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan konsistensi antara sel sarah
merah dengan keadaan disekitarnya. Dimana pada gambar (a) ditambahkan NaCl
0,9%, plasma darah yang ditambahkan NaCl tidak mengalami perubahan bentuk
karena diakibatkan konsentrasi pada plasma darah sama dengan konsentrasi NaCl
yang ditambahkan.
Pada gambar (b) di tambahkan dengan NaCl 0,3%, sehingga
NaCl akan terserap masuk ke dalam sel
darah sebab molekul-molekul pelarut yang terdapat disekitarnya memiliki kadar
zat yang lebih encer, sehingga lebih cenderung bergerak ke daerah yang
mempunyai kadar zat yang lebih tinggi, yang mengakibatkan sel darah menggembung
dan akhirnya pecah dan mengeluarkan hemoglobin.
Dan ini sesuai dengan pendapat (Anonima, 2010), yang
menyatakan bahwa terjadinya hemolisis disebabkan oleh pecahnya dinding
eritrosit sebagai akibat dari menurunnya tekanan osmotik plasma darah. Hal ini
akan menyebabkan masuknya air ke dalam sel darah secara osmosis melalui dinding
yang semipermeabel sehingga sel darah merah akan membengkak. Keadaan ini
menyebabkan peregangan dinding eritrosit yang akhirnya akan menyebabkan
pecahnya dinding eritrosit dan hemoglobin larut dalam media sekelilingnya.
Pada gambar (c), terlihat bahwa sel darah
merah menjadi keriput karena mengalami krenasi dimana dinding sel menciut. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi antara sel darah dengan
lingkungannya, sehingga dinding sel dapat menciut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anonima (2010) yang mengataka bahwa Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan
nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan
hipertonik karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi krenasi
berasal dari bahasa yunani yakni “Crenatus”. Krenasi terjadi karena
lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih
rendah dibandingkan larutan disekitar luar sel. Osmosis menyebabkan pergerakan
air keluar dari sel yang dapat menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya,
sebagai akibat sel mengecil atau mengkerut.
Dalam hal ini sampel darah ditambahkan dengan
NaCl 3%.
Konsentrasi tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi yang terdapat dalam sel darah merah. Hal ini
mengakibatkan cairan eritrosit akan keluar menuju medium luar yang memiliki konsentrasi
yang lebih tinggi, akibatnya eritrosit akan menjadi keriput. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sonjaya (2009) yang menyatakan bahwa krenasi merupakan
peristiwa mengkerutnya sel darah karena cairan dalam darah keluar menuju cairan
eksternal yang konsentrasinya lebih tinggi, dimana pada lingkungan hipertonis
(garam> 1%) sehigga sel akan mengkerut dan bila eritrosit berada pada medium
yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar
eritrosit, akibatnya eritrosit akan keriput.
B.Golongan Darah
Berdasarkan
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh:
Gambar 3.
Hasil Pengamatan Golongan Darah pada Pria dan Wanita
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
|
|||||||||
![]() ![]() |
|||||||||
Keterangan Darah
Milik :
Nama : Dwiko Sr Nama : Asma Bio Kimestri
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Umur
: 19 Tahun Umur : 19 Tahun
Golongan Darah : A Golongan
Darah : O
|
Sumber : Data
Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar,2010
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pada darah laki-laki
yang diletakkan pada ABO screen menggumpal setelah diberi serum anti A
sedangkan yang lain tidak menggumpal.
Ini menandakan bahwa darah tersebut termasuk ke dalam golongan darah A. sedangkan
pada darah perempuan yang diletakkan pada ABO screen tidak terjadi gumpalan
sama sekali, baik diberi anti A, anti B, maupun anti AB. Golongan darah A hanya
dapat diberikan kepada orang yang berdarah A dan AB karena golongan darah AB
tidak mempunyai aglutinin. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sonjaya (2005), bahwa golongan darah A hanya dapat
diberikan kepada orang yang tidak memilki antibodi a, yaitu golongan darah A
dan AB. Orang yang bergolongan darah O
disebut donor universal, sedangkan orang yang bergolongan darah AB disebut
resipien universal.
Golongan
darah adalah jumlah dari semua antigen serologikal, faktor golongan darah yang,
melekat pada membran sel darah merah.
Faktor golongan darah diturunkan secara bebas satu sama lain. Antigen (antikoagulan) adalah senyawa kimia
protein yang biasa disuntikkan ke suatu individu yang kekurangan antigen
tersebut akan menyebabkan pembentukan senyawa khusus yang menetralisir
antigen. Penggolongan darah A, B, O
didasrkan pada ada tidaknya antibodi dalam tubuh kita masing-masing.
C. Tekanan Darah
Berdasarkan
Praktikum Fisiologi Ternak Dasar yang telah dilakukan diperoleh:
Tabel 4. Hasil
Pengukuran Tekanan Darah pada Manusia
No
|
PUTRA
|
PUTRI
|
||||||
Baring
|
Duduk
|
Berdiri
|
Lari
|
Baring
|
Duduk
|
Berdiri
|
Lari
|
|
1
|
110/89
|
120/85
|
110/83
|
110/84
|
80/70
|
90/75
|
90/70
|
100/75
|
2
|
120/70
|
120/80
|
120/80
|
120/80
|
80/70
|
80/70
|
90/70
|
100/60
|
3
|
120/80
|
120/80
|
120/80
|
120/80
|
120/80
|
100/60
|
90/60
|
120/70
|
4
|
120/70
|
100/80
|
120/80
|
120/80
|
80/70
|
80/70
|
90/70
|
120/70
|
5
|
100/80
|
90/60
|
90/80
|
100/90
|
60/40
|
70/50
|
70/55
|
60/55
|
Sumber : Data
Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2010
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat kita lihat tekanan darah pada masing-masing kelompok
baik putra maupun putri berbeda satu sama lainnya. Tekanan darah adalah tekanan terhadap dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan berubah-ubah setiap siklus
jantung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Frandson (1992), bahwa siklus jantung berkontraksi saat ventrikal kiri memaksa
darah masuk ke aorta yaitu tekanan naik
sampai puncak yang disebut tekanan sistole, sehingga tekanan masing-masing
dapat berubah.
Diastole merupakan keadaan dimana jantung
berelaksasi atau istirahat. Pada waktu
diastole, kelenturan dinding di bagian pertama arteri tersebut membantu
mendorong ke arah bagian berikut dari arteri yang kemudian menjadi lebar. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson
(1992), bahwa pada waktu diastole tekanan emenurun sampai mencapai titik
terendah maka disebut diastole, sedangkan peristole merupakan waktu permulaan
kontraksi atrium sampai ke permukaan kontraksi ventrikel.
Tekanan darah pada setiap individu
berbeda-beda dan cenderung selalu berubah-ubah.
Perbedaan tekanan darah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya kekuatan jantung memompa darah dan banyaknya darah dalam pembuluh
darah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wulangi (1993), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu jumlah
darah dan aktivitas memompa jantung yaitu mendorong sepanjang pembuluh darah
dan tekanan aliran darah dan selanjutnya dikatakan bahwa tekanan darah adalah
gaya yang dilakukan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah. Tekanan darah normal pada pria yaitu 120/80
mmHg dan wanita 110/70 mmHg
Perbedaan tekanan darah yang diperoleh
pada percobaan tekanan darah disebabkan karena perbedaan aktivitas pada saat
pengukuran tekanan darah. Hal ini sesuai
pendapat Wulangi (1993), bahwa faktor-faktor yang empengaruhi tekanan darah
yaitu (1) jumlah darah yang berada dalam peredaran darah, (2) aktivitas memompa
jantung yaitu mendorong darah sepanjang pembuluh darah, (3) tekanan terhadap
aliran darah.
Cara
pengukuran tekana darah dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Syaifuddin (2002), bahwa cara pengukuran langsung dengan alat yang disebut
spygnomanometer dan stetoskop yang dilakukan pada arteri brachialis si lekuk
siku yang biasa diraba dengan jelas, bunyi jantung dapat diketahui dengan mendengarkan pukulan pada arteri
brachialis dimana bunyi pertama sebagai tekanan antara sistole dan diastole
disebut tekanan nadi. Sedangkan secara
tidak langsung menggunakan usaha pengontrolan yaitu dilakukan oleh arteri yang
paling kecil yaitu arteriol, dimana saat darah masuk ke dalam kapiler tekanan
tersebut mendapat sistole dan diastole dari aliran darah yang dipercobakan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hemolisa terjadi karena tekanan osmotik dalam sel
lebih rendah dibanding di luar sel, sedangkan pada larutan yang tekanan
osmotiknya lebih rendah dari darah maka akan menyebabkan terjadinya krenasi.
2. Golongan
darah yang diperoleh adalah golonga darah A dan B. Pada manusia penggolongan darah didasarkan atas ada
tidaknya aglutoinogen dan aglutinin dalam darah. Ada empat macam golongan darah yaitu A, B, AB, dan O. penggumpalan darah akan terjadi apabila
aglutinogen dari suatu golongan darah bertemu dengan aglutinin golongan darah
yang lain.
3. Tekanan darah normal pada manusia dewasa yaitu 120/80 mmHg. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
yaitu jumlah darah yang ada di peredaran darah yang dapat membesarkan pembuluh
darah, aktivitas memompa jantung, dan tekanan terhadap aliran darah.
Saran
Saran saya untuk
Laboratorium agar kebersihannya selalu dijaga agar para praktikan dapat merasa
nyaman dalam melaksanakan praktikum, serta alat dan bahan dilengkapi yang masih
kurang.
Saran saya untuk
asisten agar kiranya lebih memperhatikan praktikannya selama proses praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D. 1992.
Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Guyton, C.
R. 1991.
Text Book of Medical Physiology. WBSounders Co, Philadelphia.
Sonjaya,
H. 2005.
Bahan Ajar Fisilogi Ternak Dasar
Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
___ . 2006. Penuntun
Praktikum Fisilogi Ternak Dasar Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Syaifuddin, B. 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak untuk Sistem
Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Wulangi, S.K. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral PendidikanTinggi. Jakarta.
No comments:
Post a Comment